Kamis, 13 November 2014

SKRIPSI DIABETES MELLITUS



FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN 
KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI RSUD

KABUPATEN MAMUJU

TAHUN 2014
             
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul  Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Di RSUD Kabupaten Mamuju tahun 2014”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju.
Tak lupa Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang.
Pelaksanaan penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Banyak bantuan dan bimbingan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada kedua orang tua penulis yakni kepada Ayahanda tercinta ABD. HALE.R dan Ibunda tercinta Hj. HALIMAH atas segala pengorbanan, kasih sayang dan jerih payahnya selama membesarkan dan mendidik, serta doanya demi keberhasilan penulis. Terimakasih juga kepada  seluruh keluarga besar atas segala doa dan bantuannya kepada penulis sehinggan dapat menyelesaikan skripsi ini.
Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1.      Ibu Hj.Salma Andi Ara Selaku Ketua Yayasan Nurul Fadhilah Mamuju
2.      Bapak H. Arif Daeng Mattemmu, SE, M.Kes Selaku Ketua BPH
3.      Bapak Ns, Samsualam, SKM.,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju
4.      Bapak Dr. H. Kudding Harli selaku direktur STIKES St. Fatimah Mamuju.
5.      Ibu Ns. Rubiah R, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES St. Fatimah Mamuju
6.      Ibu Ns. Yulianan D, S.Kep.,M.Kes selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES St. Fatimah Mamuju
7.      Bapak Ns, Safriadi Darmansyah AR.S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Ririn Fatmawati SKM.,M.Kes selaku pembimbing II
8.      Bapak Sahabuddin, SKM.,M.Kes selaku Penguji I dan Bapak H. Adrian Haruna, MM.,MBA selaku penguji II
9.      Para Bapak / Ibu Dosen (Khususnya seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan) yang telah membekali ilmu kepada penulis
10.  Ibu Dr. Titin Hayati, MARS selaku Direktur RSUD Mamuju Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
11.  Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju khususnya angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam  penyusunan skripsi ini.
12.  Untuk semua teman – teman dekat,  yang tidak bisa saya sebut satu persatu , terima kasih karna telah menjadi teman yang baik selama ini dan terima kasih untuk bantuan kalian. Semoga kita akan sama-sama tersenyum bangga untuk keberhasilan kita, Insya Allah
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangn dan kesalahan yang disebabkan keterbatan penulisan dalam berbagai hal, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis akan menerimanya dengan senang hati. Mudah mudahan skripsi ini dapat menjadi bahan informasi bagi para pembaca

                                                                                    Mamuju, 20  Agustus 2014

                                                                                                  penulis











DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .......................................................................................   i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................   ii
HALAMAN PENGESAHAN  .......................................................................   iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................   iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................   ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................  x
BAB I PENDAHULUAN
A.    latar Belakang Masalah...........................................................................   1  
B.     Perumusan Masalah.................................................................................   5
C.     Tujuan Penelitian.....................................................................................   5
D.    Manfaat Penelitian..................................................................................   6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum  Tentang Diabetes Mellitus...........................................   8
B.     Tinjauan Umum Tentang  Umur.............................................................   27
C.     Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin.................................................   28
D.    Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga...........................................   29
E.     Tinjauan Umum Tentang Merokok.........................................................   30
BAB III KERANGKA KONSEP
A.    Dasar pemikiran pariabel penelitian........................................................   33
B.     Kerangka pikir dan variabel penelitian....................................................   36
C.     Defenisi operasional dan kriteria objektif...............................................   37
D.    Hipotesis kerja.........................................................................................   39
BAB IV METODE PENELITIAN
A.      Desain Penelitian.....................................................................................   40
B.       Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................   40
C.       Populasi dan Sampel...............................................................................   40
D.      Alur penelitian.........................................................................................    43
E.       Pengumpulan Data..................................................................................   44
F.        Pengelolaan dan Penyajian Data.............................................................   44
G.      Etika Penelitian.......................................................................................   46
BAB  V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil penelitian .......................................................................................   47
B.     Pembahasan.............................................................................................   55
C.     Keterbatasan penelitian ..........................................................................   62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan ............................................................................................   63
B.     Saran ......................................................................................................   63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix












BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
      Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang  merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes Mellitus dari bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air dan bahasa Latin: Mellitus, (rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula atau kencing manis yaitu kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi (Supriadi S, 2013).
1
         Data dari Studi Global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukam, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian.
1
Lembaga kesehatan dunia, atau World Health Organisation  (WHO) mengingatkan prevalensi penderita diabetes di Indonesia berpotensi mengalami kenaikan drastis dari 8,4 juta orang pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta penderita di 2030 nanti. Lonjakan penderita itu bisa terjadi jika negara kita tidak serius dalam upaya pencegahan, penaganan dan kepatuhan dalam pengobatan penyakit. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara (Trisnawati, 2013).
       Diabetes kini menjelma menjadi penyebab kematian keenam pada semua kelompok umur di Indonesia. Ada kecenderungan penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh perilaku hidup tidak sehat yang terus berkembang di masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukan pada saat ini prevalensi diabetes di wilayah perkotaan mencapai 5,7 persen. Yang memprihatinkan, 73,7 persen pasien diabetes tersebut tidak terdiagnosa dan tidak mengonsumsi obat (Trisnawati, 2013).
        Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5 persen). Sementara itu, prevalensi Diabetes Mellitus terendah ada di provinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti Sulbar (17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi (4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8 persen (Trisnawati, 2013).
        Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun, namun mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun (Kemenkes, 2013).
           Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati tahun 2012 dengan judul faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus menunjukkan bahwa faktor risiko umur,  stress, dan merokok berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus (Trisnawati tahun 2012).
        Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju berdasarkan data dari instalasi Rekam Medik tahun 2012 jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 71 orang (6,01%) (terdiri dari laki-laki 28 orang, perempuan 43 orang. Tahun 2013  jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 98 (7,65%) orang terdiri dari laki-laki 37 orang, perempuan 61 orang. Tahun 2014 bulan Januari sampai April jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 43 orang (5.65%) terdiri dari laki-laki 14 orang, perempuan 29 orang. (Data Rekam medik RSUD Mamuju, 2012-2014).
        Pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Mellitus telah mencapai 465 miliar USD. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus, dan berkaca dari potensi diabetes yang bisa menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi, maka pemerintah serius menangani masalah penyakit tersebut guna mengurangi faktor risiko diabetes tersebut, pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang kandungan gula pada makanan ringan di Indonesia yang dimuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 208/1985 tentang Pemanis Buatan dan Permenkes No 722/1988 tentang bahan tambahan makanan.
        Diabetes Mellitus bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor risiko (Kemenkes, 2010). Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yaitu usia yang semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Jenis kelamin, pada wanita yang sudah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit DM, faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Asap rokok, asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan, termasuk terhadap risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes Mellitus.
        Dari uraian dan data tersebut diatas menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus baik secara global, nasional maupun di daerah khususnya di RSUD Kab.Mamuju dari tahun ketahun, oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun 2014.
B.       Rumusan Masalah
       Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014?
C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
       Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun 2014.
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui hubungan umur dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014
b.      Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014
c.       Mengetahui hubungan riwayat keluarga DM dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
d.      Mengetahui hubungan Obesitas dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
e.       Mengetahui hubungan merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
D.      Manfaat Penelitian
1.    Pendidikan
        Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan Stikes ST Fatimah Mamuju untuk melakukan penelitian selanjutnya dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
2.    Pemerintah (Rumah Sakit)
       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada institusi pemerintah dalam hal ini rumah sakit khususnya rumah sakit umum daerah kabupaten Mamuju selaku perpanjangan tangan dari pemerintah untuk selalu meningkatkan pelayanan kesehatan guna mengurangi, atau mencegah dan merawat masyarakat yang mengalami Diabetes Mellitus.
3.    Bagi Ilmu Pengetahuan (Dunia Keperawatan).
         Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang mengalami Diabetes Mellitus.
4.    Bagi Masyarakat
        Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara umum dan kepada penderita dan keluarga secara khusus tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus.


5.    Bagi peneliti berikutnya
        Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian tentang Diabetes Mellitus.
6.    Bagi Peneliti
a.    Merupakan proses belajar memecahkan masalah secara sistimatis dan logis yang menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang riset keperawatan.
b.    Mendapatkan gambaran nyata tentang faktor yang berhubungan dengan  kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab Mamuju.
c.    Merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).


















`BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus
1.    Pengertian
       Diabetes mellitus merupakan sekelompok heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Andra S, 2013).
        Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin  (Corwin, 2009).
       Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Purnamasari, 2009).
         Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai kom-plikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron  (Mansjoer A, dkk, 2005).
       Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, S dkk. 2006).
8
         Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.
2.    Klasifikasi Diabetes mellitus
       Dalam buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah oleh Brunner & Sunddarth dalam corwin (2009), dijelaskan bahwa klasifikasi Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
a.    DM tipe I atau Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM).
       Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik.
b.    DM tipe II atau Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM).
        Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
c.    Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain atau diabetes sekunder.
d.    Diabetes Mellitus gestasional atau Diabetes Mellitus kehamilan.
3.    Etiologi
a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
       Diabetes type ini ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
1)  Faktor Genetika
       Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Dalam buku patofisiologi Sylvia A. Price, dijelaskan bahwa bukti untuk determinan genetik diabetes tipe I adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (Human Leukocyte Antigen) spesifik. Tipe gen ini berkaitan dengan DM tipe I yakni memberi kode kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limposit. Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari respon imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limposit T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau langerhans. Selain itu juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi terhadap sel-sel pulau langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel beta.
2)  Faktor Imunologi
Pada Diabetes type I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type I.
3)  Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.
b.   Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
       Virus dan HLA tidak nampak berperan dalam proses terjadinya NIDDM. Akan tetapi faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM Type II yaitu usia, obesitas, riwayat keluarga, dan kelomok etnik tertentu.


1)  Usia
       Resistensi insulin cenderung terjadi pada usia diatas 65 tahun.  Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan fungsi pankreas menjadi menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut terganggu.
2)  Obesitas
Riset melaporkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor determinan yang menyebabkan terjadinya NIDDM, sekitar 80% klien NIDDM adalah individu dengan masalah kegemukan atau obesitas (20% diatas BB ideal) karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin sehingga akan timbul kegagalan toleransi glukosa.
       Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme tubuh. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami kelainan dalam pengikatan dengan insulin. Kondisi seperti ini apabia berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menye-babkan terjadinya resistensi insulin.
3)  Riwayat Keluarga
Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini
4)  Kelompok Etnik
       Misalnya penduduk di amerika serikat, dimana golongan Hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Afrika.
4.    Insiden
       Tingkat prevalensi Diabetes Mellitus sangat tinggi di dunia terdapat sekitar 16 juta kasus Diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetik pada usia yang sama, penderita diabetik paling sedikit 2 ½ kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes.
75% penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler. serangan jantung, gagal ginjal, stoke,dan ganggren adalah komplikasi yang paling utama. Selain itu kematian fetus intrauterina pada ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol juga meningkat.



5.    Patofisiologi
a.  Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
       Pada diabetes tipe ini terdapat ketidak mampuan pankreas untuk memproduksi insulin karena sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. Proses ini mengakibatkan gangguan fungsi sel beta pakcreas dimana sel ini tidak dapat menghasilkan insulin sebagai mana mestinya. Sehingga terjadi gangguan transport glukosa ke seluruh jaringan tubuh yang berujung pada kondisi hiperglikemia. 
       Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
       Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Jika terjadi resistensi insulin pada diabetes tipe ini dan  disertai dengan penurunan reaksi intra sel, maka insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
       Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, maka sekresi insulin harus meningkat. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan resistensi ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan agar kadar glukosa dapat dipertahankan pada tingkat yang normal. Akan tetapi jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes.
6.    Manifestasi IDDM
a.    Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
1)   Hiperglikemia
       Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran sel kedalam sel mengakibatkan molekul glukosa berkumpul dalam aliran darah, sehingga terjadi hiperglikemia.
2)   Poliuria
        Hiperglikemia ini dapat menyebabkan serum Hyperosmolality, sehingga cairan dari intraselular pindah kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah serta aliran darah ginjal hal ini memicu terjadinya diuresis osmotik yang mengakibatkan output urin meningkat. Gejala poliuria juga dapat terjadi sebagai respon tubuh terhadap hiperglikemia dimana tubuh berusaha mengeluarkan glukosa melalui ginjal bersama air dan kencing.
3)    Glukosuria
       Disaat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal terhadap glukosa (biasanya 80 mg/dL), maka sebagai kompensasi tubuh maka glukosa  dieksresi  kedalam urine.
4)   Polidipsia
Dengan meningkatnya output urine maka dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi sehingga mulut menjadi kering dan akan timbul rasa haus yang  menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum.
5)   Polyfhagia
       Karena glukosa tidak dapat ditrasfer kedalam sel tanpa insulin, maka produksi energi akan menurun. Penurunan energi inilah yang menstimulasi rasa lapar, dan seseorang akan makan lebih banyak.
6)   Malaise dan Fatique
      Rasa lelah dan kelemahan otot muncul karena pemecahan protein dan lemak  di otot sebagai upaya pemenuhan energi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan glukosa sebagai  sumber  energi, selain itu gangguan aliran darah pada penderita diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.


7)   Gangguan Penglihatan
       Hiperglikemia akan menyebabkan gangguan penglihatan terutama jika terjadi komplikasi berupa retinopati yang disebabkan karena perubahan sirkulasi pada retina yang menyebabkan sel-sel pada retina mengalami iskemik. Selain itu hiperglikemia juga dapat menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu yang dapat mentraspor glukosa tanpa memerlukan insulin. Glukosa yang berlebihan tidak akan termeta-bolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi dengan perantara enzim aldose reduktase maka sebagian akan diubah menjadi sorbitol, sorbitol ini  akan menumpuk dalam sel atau jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi terutama pada lensa mata yang dapat mengurangi kejerniannya sehingga penglihatan menjadi kabur.
8)   Peningkatan Angka Infeksi
       Ini terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. Dengan demikian manifestasi klinik IDDM adalah poliuria, polidipsia, dan poliphagia, yang diikuti penurunan berat badan, malaise, dan fatique serta gangguan penglihatan. Manifestasinya dapat berentang dari yang ringan sampai yang berat ini sangat bergantung pada tingkat kekurangan insulin. Tekanan pada sistem saraf pusat akibat akumulasi ketone yang menyebabkan asidosis dapat berakibat pada  kematian.
b.    Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
       Pasien NIDDM  mempunyai manifestasi klinik secara perlahan-lahan dan sering tidak disadari bahwa penyakit telah terjadi. Hiperglikemia biasanya tidak seberat IDDM, tetapi gejala-gejala sama, terutama polyuria dan polydipsia. Polyphagia sering tidak tampak, dan kehilangan berat badan tidak selalu ada. Akibat hiperglikemia maka akan muncul kekaburan penglihatan, fatigue dan infeksi kulit.
7.    Diagnostik Test
       Diagnostik test pada penderita Diabetes Mellitus menurut Corwin J, 2009 yaitu:
a.    Pemeriksaan Darah
       Pada pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih dari 140 mg per 100 ml darah pada dua kali pengukuran. Glukosa darah meningkat karena sebagian besar sel tidak dapat memasukkan glukosa ke dalam sel tanpa insulin dan terjadinya perangsangan glukoneoganesis.
b.    Pemeriksaan Glukosa dalam Urine
       Glukosa dalam urine adalah nol, tetapi apabila kadar glukosa dalam darah lebih besar dari 180 mg per 100 ml darah maka glukosa akan keluar bersama urin.
c.    Pemeriksaan Keton dalam Urine
        Terutama pada individu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol, disini akan muncul keton pada urine si penderita.
d.    Peningkatan Hemoglobin Terglikosilasi.
        Selama 120 hari masa hidup sel darah merah, hemoglobin secara lambat dan ireversible mengalami glikosilasi (mengikat glukosa). Dalam keadaan normal, sekitar 4-6% hemoglobin sel darah merah terglikosilasi. Apabila terdapat hiperglikemia, maka kadar hemoglobin terglikosilasi akan meningkat.
e.    Uji toleransi Glukosa yang Melambat.
Apabila pada seorang yang nondiabetik diberikan glukosa secara oral, maka sekresi insulin dari pankreas akan meningkat dengan segera. Hal ini memungkinkan pengangkutan glukosa secara cepat keluar dari darah untuk masuk kedalam sel. Dengan demikian sampel darah yang diambil secara berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes meningkat hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam. Para pengidap  diabetes tidak dapat mengeluarkan insulin (tipe I) terhadap respon pemberian glukosa atau mengalami penurunan responsifitas terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada pengidap diabetes, setelah pemberian glukosa, sampel darah yang diambil secara berkala memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara bermakna dan tetap meningkat selama beberapa jam kemudian.
8.    Penatalaksanaan Medis
       Tujuan pengobatan Diabetes Mellitus pada prinsipnya yaitu menormalkan kadar glukosa darah secara konsisten dengan variasi minimum, mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi serta mendidik penderita dalam peningkatan pengetahuan dan memberikan motivasi kepada klien agar dapat merawat sendiri  sehubungan dengan penyakitnya. Tujuan ini dapat dicapai melalui program terapi yang dibagi menjadi terapi primer dan terapi sekunder.
a.    Terapi Primer
1)   Diet Diabetes Mellitus
              Pasien yang memerlukan  insulin untuk membantu mengendalikan kadar gula darah, dapat mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda.. Di samping itu konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi cemilan juga dapat dilakukan, ini akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah.
               Terapi diet merupakan komponen penting pada pengobatan diabetes baik itu tipe I maupun tipe II. Rencana diet diabetes dihitung secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat badan, dan tingkat aktivitas. Sebagian pasien diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan intervensi diet.
2)   Program Olahraga
              Terutama untuk pengidap diabetes tipe II, olah raga di sertai dengan pembatasan diet  akan mendorong penurunan berat badan dan dapat meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe Diabetes Mellitus, olah raga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah turun.
        Pengidap diabetes tipe I harus berhati-hati sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah yang mencetuskan hipoglikemia. Hal ini terjadi apabila pemberian insulin tidak disesuaikan dengan program olah raga.
3)   Penyuluhan Kesehatan
                Penyuluhan kesehatan harus sering diberikan oleh dokter atau perawat kepada para penderita Diabetes Mellitus. Penyuluhan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan mengenai perlunya diet secara ketat, latihan fisik, minum obat, dan juga pengetahuan tentang komplikasi., pencegahan, maupun perawatannya. Penyuluhan dapat diberikan langsung baik secara perorangan maupun kelompok, atau melalui poster/selebaran. Penyuluhan ini juga dapat dilakukan antara penderita diabetes dengan cara berbagi pengalaman mengenai segala hal yang berkaitan dengan penyakit yang mereka derita tersebut.
b.    Terapi Sekunder
1)   Pemberian Cairan
        Koma nonketolik hiperglikemik hiperosmolar diterapi dengan pemberian cairan  dalam jumlah besar dan koreksi lambat terhadap defisit kalium.


2)   Intervensi Farmakologis
        Jika penderita Diabetes Mellitus sudah melakukan terapi primer namun kadar glukosa darahnya masih tetap tinggi, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan terapi dengan mengkonsumsi obat anti-diabetika. Obat-obat anti-diabetik oral yang sekarang banyak digunakan adalah berasal dari golongan Derivat Sulfonilurea dan Derivat Biguanida.
a)    Obat dari golongan  Sulfonilurea bekerja merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan persediaan insulinnya sebagai reaksi bila kadar gula naik. Obat dari golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
(1) Obat dengan masa kerja yang singkat (6-12 jam), misalnya Tolbutamida (Rastinon, Artosin) dan Glukodion (glurenorm).
(2)     Obat dengan masa kerja menengah ( kurang lebih 15 jam), misalnya Glibenclamide (Doanil, Englucon), gliclomida (Diamikron), dan Glipizida (Minidiab).
(3)     Obat dengan masa kerja panjang (kurang lebih 70 jam), misalnya Cholorpropamide (Diabenese, Diabex).
       Efek samping yang kadang ditimbulkan oleh obat dari golongan Sulfonilurea adalah gangguan lambung  dan usus (mual, muntah, diare), pusing, napsu makan meningkat, dan berat badan naik.
b)   Obat golongan biguanida tidak merangsang sel beta pankreas, tetapi langsung bekerja menghambat penyerapan gula usus, obat golongan ini dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
(1)     Phengormin, yang sekarang tidak digunakan lagi.
(2)     Metformin (Gluciphage, Benofomin).
(3)     Acarbose (Glukobay 50 dan 100), merupakan obat terbaru yang mampu secara efektif menghambat absorpsi glukosa dari usus.
       Yang dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien diabetes adalah obat-obat antihipertensi. Obat ini telah dibuktikan mengurangi hipertensi pada pasien diabetes dan memperlambat awitan penyakit ginjal.
3)   Insulin
               Pengidap diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia berbagai jenis insulin dengan asal dan kemurnian yang berbeda-beda. Insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat kerja, waktu puncak kerja, dan lama kerja. Hormon insulin yang digunakan untuk terapi yaitu:
a)    insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam), misalnya Regular insulin dan Actrapid.
b)   Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam), misalnya Monotard
c)    Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam), misalnya PZI (Protamin Zink Insulin) dan Monotard Ultralente.
     Pengobatan dengan hormon insulin biasa diberikan kepada pasien muda yang gagal disembuhkan dengan terapi oral, atau pada wanita hamil dan pada penderita dengan infeksi akut atau komplikasi ginjal. Preparat insulin yang sudah banyak beredar pada saat ini, sudah dibuat Human Mono Companent, sehingga memiliki toleransi yang lebih tinggi dengan kemungkinan alergi yang lebih kecil.
4)   Penggantian Sel Pulau Langerhans
                 Kemajuan mutakhir dalam teknik-teknik penggantian sel pulau langer-hans memungkinkan lebih dari 3000 orang di seluruh dunia diterapi dengan transplantasi sel pulau langerhans, pengobatan cara ini memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dimasa mendatang.
5)   Insersi Gen untuk Insulin
              Saat ini juga sedang dilakukan eksperimen-eksperimen pendahuluan yang dirancang untuk memunkinkan insersi gen insulin kepada pengidap diabetes tipe I. Di masa mendatang prosedur ini lebih memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dibanding dengan terapi obat-obatan.
9.    Komplikasi
        Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1)   Ketoasidosis Diabetik
         Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2)   Hipoglikemia
       Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
b.  Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
1)   Mikroangiopaty
        Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular  yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia.
2)   Makroangiopaty
 Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a)      Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular
b)     Hiperlipoproteinemia
c)      Kelainan pembekuan darah
       Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
       Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.


B.     Tinjauan Umum Tentang Umur
Menurut (Harlock, 2005) Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan . Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun
Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu  terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).
C.   Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin
       Pengertian jenis kelamin (seks)  adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2 (Irawan, 2010).
D.       Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kostribusi yang tidak bisa diremeh untuk seseorang terserang penyakit Diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. yang bisa dilakukan untuk seseorang agar terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus karena sebab genetik, adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen  HLA  (Human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.
E.       Tinjauan Umum Tentang Merokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat  memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2  (p=0,001) dengan OR 2,66. Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).
Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat (Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).
Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus.
Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) menunjukkan distribusi responden berdasarkan terpapar asap rokok dan tidak terpapar asap rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan,2010).































BAB III
KERANGKA KONSEP
A.      Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
       Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Ada beberapa faktor yang berhubungan penyakit Diabetes Mellitus yang harus mendapatkan perhatian serius agar terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan. Keberadan beberapa faktor yang berhubungan diabetes akan menjadikan peluang yang sangat besar untuk terserang penyakit yang dikenal penyakit Diabetes Mellitus atau lebih dikenal dengan Kencing Manis.
         Beberapa faktor yang berhubungan Diabetes Mellitus yaitu usia yang semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun. Jenis kelamin, prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Asap rokok, asap menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap Risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes Mellitus. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes.
33
        Dari uraian diatas maka peneliti memilih variabel faktor yang berhubungan: Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, Obesitas, Merokok dan kejadian Diabetes Mellitus sebagai variabel yang akan diteliti. Selain itu juga telah dilakukan identifikasi alasan yang melatar belakangi pemilihan variabel sebagai berikut :
1.      Umur
Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes Mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.
        Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).
2.      Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan laki– laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari –hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus. Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata –rata berkisar antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %.
Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada lakilaki, sehingga faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3 kali, (Imam Soeharto, 2005).
3.      Riwayat keluarga DM
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan.
Adanya riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
4.      Merokok (paparan asap rokok)
        Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap Risiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus.
        Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.
B.       Kerangka Pikir Dan Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Nursalam. 2009) Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2009).
Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor yang berhubungan: Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, merokok. Sedangkan variabel dependen nya adalah kejadian Diabetes mellitus. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independent                             Variabel Dependen
Gambar 3.1: Kerangka Pikir Penelitian

Kejadian
Diabetes Mellitus
Jenis Kelamin

Umur

Riwayat Keluarga DM

Merokok

 







Keterangan  :
                                                       :    Variabel Independen
                                                       :    Variabel dependen
                                                       :     Penghubung Variabel yang diteliti       
C.      Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1.         Diabetes Mellitus
a.    Definisi Oprasional
DM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pasien yang terkena penyakit DM yang didiagnosa oleh dokter.
b.    Kriteria objektif
DM                      : Bila pasien  menderita DM dan di diagnosa oleh  dokter
Tidak DM            : Bila pasien tidak menderita DM

2.         Umur
a.    Definisi Operasional
Umur Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Umur pasien pada saat menjadi responden.
b.    Kriteria Objektif
Risiko tinggi        : Bila umur pasien ≥ 40 tahun.
Risiko Rendah     : Bila umur pasien ≤ 40 tahun.
3.         Jenis kelamin
a.    Definisi Operasional
Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden/ pasien.
b.      Kriteria Objektif
Perempuan        : Jika jenis kelamin pasien perempuan
Laki-laki            : Jika jenis kelamin pasien laki-laki.
4.         Riwayat Keluarga DM
a.    Definisi Operasional
Riwayat keluarga Yang dimaksud pada penelitian ini adalah ada atau tidaknya keturunan atau anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit Diabetes sebelum responden mengalami DM.
b.    Kriteria Objektif
Risiko tinggi        : Jika responden mempunyai riwayat keluarga DM
Risiko Rendah     : Jika responden tidak mempunyai riwayat keluarga  DM
5.         Merokok
a.    Definisi Operasional
Merokok Yang dimaksud pada penelitian ini adalah perilaku menghisap Rokok yang dilakukan secara rutin berdasarkan apa yang disampaikan oleh responden.
b.    Kriteria Objektif
Risiko tinggi        : Jika responden mengkonsumsi rokok ≥ 20 batang/ hari 
Risiko rendah      : Jika responden mengkonsumsi Rokok <  20 batang /hari
D.      Hipotesis Penelitian
       Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005) hipotesis kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
2.    Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
3.    Riwayat keluarga DM merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014
4.    Merokok merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.


BAB IV
METODE PENELITIAN

A.      Desain Penelitian
        Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk melihat faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
B.       Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat tahun 2014.
2.    Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juni sampai 17 agustus 2014 di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat tahun.
C.      Populasi dan Sampel
1.    Populasi
        Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek  yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Ircham, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung ke RSUD Kab.Mamuju satu tahun terakhir.
40
 
2.    Sampel
       Sampel adalah sebagian populasinya yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Luknis, 2008). Menurut Nursalam (Hidayat, 2007) sampel merupakan populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010) Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam penelitian dapat di hitung sebagai berikut :
 
Keterangan :
N   =    Perkiraan populasi (jumlah sampel sebanyak 43 penderita Diabetes Mellitus)
n    =    Perkiraan jumlah sampel.
Z    =    Nilai standar N (1,96)
P    =    Proporsi Pasien DM (10%)
Q   =    1 - P
d    =    Tingkat ketelitian (0,05)
    43x(1,96)2x0,1x(1-0,1)
n =
   (0,05)2x(43-1)+ (1,96)2x0,1x(1-0,1)
                
       43 x 3,8416 x 0,1 x 0,9
n =
   0,0025 x 42 + 3,8416 x 0,1 x 0,9
                
   

     14,866992
                   n =                                   
    0,105 + 0,345744
    14,866992 
                   n =                          =   32,98 
     0,450744
 Jadi n = 33 orang
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
3.      Teknik Penarikan Sampel
       Pengambilan sampel dilakukan dengan tehknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana adalah setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).
4.      Kriteria Sampel
1)      Kriteria Inklusi
a)      Responden yang di diagnosa DM
b)      Bersedia menjadi sampel
c)      Berdomisili di wilayah Mamuju
d)     Pasien yang dirawat di RSUD Kab. Mamuju.
e)      Pasien yang teregistrasi dalam Rekam Medik RSUD Mamuju tahun 2014.
2)      Kriteria Eksklusi
a)      Tidak bersedia menjadi responden
b)      Pasien yang tidak ada pada saat penelitian.
D.      Alur Penelitian
Menyiapkan Proposal Penelitian

Alur penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:
Kesimpulan Dan Saran

Hasil Dan Pembahasan Penelitian

Analisa Data

Pengolahan data : editing, koding, tabulasi

Pengumpulan data

Informed Concent

Sampel (pasien yang bersedia menjadi responden yang mengalami DM )

Simpel Random sampling
Populasi (semua pasien yang berkunjung ke RSUD

Pengurusan Izin Penelitian

 

















Gambar 4.3: Alur penelitian



E.       Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua sebagai berikut:
1.    Data Primer
Data primer pengumpulannya di peroleh  melalui wawancara lansung dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur.
2.    Data Sekunder
Selain mengumpulkan data primer peneliti juga melaksanakan pengumpulan data sekunder yang meliputi antara lain: data awal dari RSUD Kab. Mamuju.
F.       Pengolahan dan Penyajian Data
Prosedur pengolahan dan analisa data yang dilakukan adalah :
1.    Editing (pemeriksaan data)
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan memeriksakan keseragaman data.
2.    Coding (pengkodean data)
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data yang perlu di sederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (Pengkodean). Pengkodeaan dilakukan dengan memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor pertanyaaan, nomor variabel nama variabel dan kode.
3.    Tabulasi Data
a.  Lakukan pemberian skor pada item.
b.  Berikan kode pada variabel yang diberikan skor.
c. Mengubah jenis data, dilakukan modifikasi sesuai dengan teknik analisis
4.    Analisa data
Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan program komputerisasi program SPSS. Sedangkan analisis data menggunakan statistik inferensial sebagai berikut:
a.    Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok) dengan variabel terikat (kejadian Diabetes mellitus)
b.    Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel  dependent dan independent. Setalah data diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dan dependen dengan menggunakan uji statistic Chi-Square (X²) dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Dari hasil uji statistik tersebut dapat diketahui dengan tingkat signifikan hubungan antara kedua variabel
5.    Penyajian data
            Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan narasi. Penyajian data dalam bentuk tabel dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan analisis dan interpretasi terhadap data hasil penelitian yang didapatkan dilapangan, sehingga dapat dibuat kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.
G.      Etika Penelitian
          Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal RSUD Kab Mamuju. Setelah memperoleh ijin dari instansi tersebut, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika meliputi :
1.    Informend consent
Lembaran persetujuan diberikan kepada setiap calon responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap menghormati hak-hak yang bersangkutan.
2.    Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasian peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode tertentu.
3.    Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.











BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Penelitian
1.       Gambaran Lokasi Penelitian
       Penelitian ini dilaksanakan antara bulan juni dan Juli 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Mamuju. RSUD Kabupaten Mamuju terletak di bagian Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 1˚38’110” - 2˚, 54’522” Lintang selatan;  dan 11˚54”47” - 15˚54”47” - 15˚5’35” bujur timur dari Jakarta (0˚0’0” - 160˚48’28” bujur timur green wich), dengan batas wilayah yaitu :
a.       Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara
b.      Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu
c.       Sebelah Selatan dengan Kabupaten Majene
d.      Sebelah Barat dengan Selat Makassar. (Data Profil RSUD Mamuju, 2013)
       Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Mamuju  selama  1 bulan dari tanggal 26 Juni sampai dengan 17 Agustus  2014,  desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.  Penelitian ini bertujuan  untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus di RSUD Kabupaten Mamuju.
       Jumlah sampel yang berhasil diperoleh peneliti sebanyak 33 responden dengan karakteristik yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner. Data yang diperoleh diperiksa kembali dan kemudian diolah dengan menggunakan SPSS 16 berikut ini peneliti akan menyajikan data analisis univariat dan bivariat.
2.      Analisis Univariat
       Analisis univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan distribusi frekuensi, karakteristik respoden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga dan merokok.
a.         Distribusi Responden berdasarkan Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Umur
Jumlah
%
>40 tahun
< 40 tahun
28
5
84,8%
15,2%
Jumlah
33
100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.1 tentang usia responden dari 33 orang  yang paling banyak  adalah usia  > 40 tahun yang merupakan usia yang paling berisiko yaitu sebanyak 28 orang (84,8%) , selanjutnya  usia < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%).
b.      Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki – laki
Perempuan
6
27
18,2%
81,8%
Jumlah
33
100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan  tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan  sebanyak  27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki - laki sebanyak 6 orang (18,2%)
c.       Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Pendidikan
Jumlah
%
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan tinggi
7
10
8
4
4
21,2%
30,3%
24,2%
12,1%
12,1%
Jumlah
       33
100%
Sumber : Data Primer, 2014
       Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 33 jumlah responden  tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD sebanyak 10 orang (30,3%),dan tingkat pendidikan paling sedikit adalah SMA (12,1%) dan Perguruan Tinggi (12,1%)






d.      Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Pekerjaan
Jumlah
%
Petani
URT
Nelayan
Wiraswasta
PNS
12
9
3
5
4
36,4%
27,3%
9,1%
15,2%
12,1%
Jumlah
33
100%
      Sumber : Data Primer, 2014
             Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 33 jumlah responden  pekerjaan yang paling banyak adalah petani sebanyak 12 orang (30,3%), dan paling sedikit bekerja sebagai nelayan sebanyak 3 orang ( 9,1%).
e.      Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga DM
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Pada
pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014.
Riwayat Keluarga
Jumlah
%
Risiko tinggi
Risiko rendah
29
4
87,9%
12,1%
Jumlah
33
100%
        Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan  tabel 5.5  diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden  yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%).
f.        Distribusi Responden Berdasarkan Rokok (Terpapar Asap Rokok)
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Pada
pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Merokok
Jumlah
%
Risiko tinggi
   Risiko rendah
25
8
 75,8%
  24,2%
Jumlah
33
100%
         Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 5.7 tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden  yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah  sebanyak 8 orang (24,2%).
3.      Analisis Bivariat
       Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui variabel independen dengan variabel dependen dengan  menggunakan tabulasi silang (crosstab) dengan uji Chi – Square . Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah status responden yang mengalami Diabetes Mellitus sedangkan variabel independen adalah Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok(terpapar asap rokok). Adapun penyajian analisis bivariat sebagi berikut :





a.       Hubungan antara Umur dengan kejadian Diabetes Millitus di RSUD  Kab. Mamuju tahun 2014.
Tabel 5.7
Hubungan antara umur dengan kejadian Diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Umur
Status DM Responden

Total

P
DM
Tidak DM
N
%
n
%
n
%

   >40 Tahun
27
 81,8%
1
3,0%
28
84,8%

0,000
   <40 Tahun
0
0%
5
15,2%
5
15,2%
Total
27
 81,8%
6
18,2%
33
100

Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan  tabel 5.7 diatas dari 33 orang  yang paling banyak  adalah usia  > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi  yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur  < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p = 0,000 <  0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.








b.      Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD kab. Mamuju  tahun 2014.
Table 5.8
            Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Jenis kelamin
Status DM Responden

Total

P
     DM
  Tidak DM
N
%
n
%
n
%

Risiko Tinggi
27
96,3%
1
3,7%
27
81,8%

0,000
Risiko Rendah
1
16,7%
5
83,3%
6
18,2%
Total
26
78,8%
7
21,2%
33
100

Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan  tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan  sebanyak  27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki - laki sebanyak 6 orang (18,2%)
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p = 0,000 <  0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju






c.       Hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
Table 5.9
  Hubungan Antara Riwayat Keluarga  Dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Riwayat Keluarga
Status DM Responden

Total

      P
DM
Tidak DM
N
%
N
%
n
%

Risiko tinggi
26
78,7%
3
9,0%
29
87,9%

0,014
Risiko rendah
1
3,0%
3
9,0%
4
12,1%
Total
27
81,8%
6
18,1%
33
100

               Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan  tabel 5.9  diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden  yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai p = 0,014 <  0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga  dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.








d.      Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014.
Tabel 5.10
  Hubungan antara perilaku merokok  dengan kejadian  diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Perilaku merokok
Status DM Responden

Total

P
DM
Tidak DM
N
%
n
%
n
%

Risiko tinggi
23
69,6%
2
6,0%
25
75,8%

0,020
Risiko rendah
4
12,1%
4
12,1%
8
24,2%
Total
27
81,8%
6
18,1%
33
100

             Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan Tabel 5.10 tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden  yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah  sebanyak 8 orang (24,2%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

B.     Pembahasan

Berdasarkan  hasil penelitian dengan uji statistik chi–square  menggunakan program SPSS dan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM,  perilaku merokok  yang berhubungan dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :
1.      Umur
       Berdasarkan  tabel  diatas menunjukkan dari 33 responden   yang paling banyak  adalah  usia  > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi  yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur  < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p = 0,000 <  0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden dari 33 responden  dari 27 orang responden yang berisiko tinggi perempuan  26 orang (96,3%) yang mengalami diabetes Mellitus, dan terdapat 1 orang responden (3,7%)  yang tidak diabetes Mellitus. Sedangkan dari 6 responden (18,2%) yang risiko rendah laki – laki  terdapat 1 orang (16,7%) yang diabetes Mellitus dan  5 orang (83,3%) yang tidak diabetes Mellitus.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p < 0,05 dimana nilai p = 0,000 <  0,05 maka HO di tolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh I Gusti Made Geria Jelantik (2013) dengan judul “ Hubungan Faktor Risiko, Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, Dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus  Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram” menunjukkan bahwa umur penerita diabetes pada usia >40 tahun  3 kali lebih banyak di banding usia muda <40 tahun, umur >40 tahun berkaitan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau resistensi  insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darahnya tinggi. Dari hasil penelitian pada kelompok kasus >40 tahun sebanyak 45 orang (90,0%) dan yg berumur <40 tahun sebanyak 5 orang (10,0%)  di dapatkan nilai  p= 0,000 (p= <0,05). Hal ini ada hubungan antara faktor umur dengan kejadian diabetes mellitusdi wilayah kerja puskesmas mataram.
Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin
Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).
2.      Jenis Kelamin
Berdasarkan  tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan  sebanyak  27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki - laki sebanyak 6 orang (18,2%) Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai  p = 0,000 <  0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju
Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2
Hal ini sejalan dengan  teori Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
3.      Riwayat Keluarga
Berdasarkan  tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden  yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai p = 0,014 <  0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga  dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju
     Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.
4.      Perilaku Merokok
Berdasarkan Tabel diatas tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden  yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah  sebanyak 8 orang (24,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)  diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju
Hal ini sejalan dengan skripsi yang disusun oleh  Anna Widiastuty Rahman (2013) yang berjudul “Faktor risiko dan deteksi dini kejadian diabetes Mellitus tipe B dikecamatan Tempe” yang menunjukkan Merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2  (p=0,001) dengan OR 2,66.
Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).
Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat ( Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).
Asap rokok menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus. merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.terpapar asap rokok dan tidak terpapar asap rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan,2010).

C.    Keterbatasan Penelitian

1.      Instrument / Alat ukur
Meskipun penelitian ini telah selesai, namun kuesioner yang digunakan belum maksimal, hal ini disebabkan karena jumlah Aitem pertanyaan yang ada belum dilakukan uji Reliabilitas dan uji Validitas, sehingga kesahihan instrument penelitian ini masih kurang
2.      Keterbatasan Waktu
Oleh karena keterbatasan waktu , maka penelitian ini hanya melibatkan 33 responden. Jumlah responden yang banyak tentunya akan memberikan generalisasi yang lebih  baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.         Kesimpulan
       Berdasarkan  hasil penelitian tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014 dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Ada hubungan yang bermakna antara faktor umur dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Mamuju
2.      Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Mamuju
3.      Ada hubungan yang bermakna antara faktor riwayat keluarga dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Mamuju
4.      Ada hubungan yang bermakna antara faktor perilaku merokok dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Mamuju
B.          Saran
1.      Diperlukan penyuluhan dan konseling terhadap masyarakat untuk memiliki kebiasaan hidup sehat sejak dini.
2.      Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pencegahan diabetes melitus seperti dengan menjaga pola makan utuk menghindari terjadinya diabetes mellitus.
3.     

Apabila ada riwayat keluarga  dengan penyakit diabetes mellitus lakukan pencegahan secara dini kepada anggota keluarga lainnya dengan menjauhi faktor lingkungan yang menjadi faktor pencentus terjadinya diabetes mellitus.
4.      Perlunya  masyarakat   untuk   melakukan  pengontrolan pada perilaku merokok untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus.
5.      Perlunya  dilakukan   screening  terhadap   masyarakat untuk mengetahui lebih awal kejadian diabetes mellitus dan untuk mencegah komplikasi akibat dari diabetes mellitus.






























DAFTAR PUSTAKA
Andra Safera Wijaya dan Yessi Mariza P, 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika. Yogyakarta.
Corwin, Elizabeth J, 2009, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Salemba medika, Jakarta.
Irawan, Dedi, 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia.  Tesis tidak diterbitkan.Jakarta. Universitas Indonesia.
Jafar, Nurhaedar, 2011. Sindroma Metabolik di Indonesia. Ombak: Yogyakarta.
Luknis, 2008. Statisti kesehatan/ Luknis Sabri & Sutanto Priyo Hastono. Rajawali Pers. Jakarta.
Nursalam, 2009, Konsep dan penerapan metodologi keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.  2010. Metodologi penelitian kesehatan, Asdi Mahasatya, Jakarta.
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2007, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi Kedua, Salemba Mediaka, Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk, 2005. Kapita Selecta Kedokteran, Media Aesculapius. FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo.  2005. Metodologi penelitian kesehatan, Asdi Mahasatya, Jakarta.
Nursalam, 2009, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Purnamasari, 2009, Askep Diabetes Melitus, (Online), (http://purnamasari.com diakses Mei 2014)
Imam Suharto. 2005. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Price. S.A. dkk, 2005. Patofisiologi, Edisi Kedua, EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.
Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian  dan  Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2008. 
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Supriadi Supri, 2013 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DM, (online), (http://nerskece.co diakses Mei 2014)

Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tahun 2014

Trisnawati, Shara K, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.5 No.1:1-11.




3 komentar:

  1. Terimakasih artikelnya, sangat bermanfaat. izin save untuk di jadikan referensi buat penyusunan tugas akhir.

    Salam.

    BalasHapus
  2. Trimakasih... Ini sangat membantu

    BalasHapus
  3. There are some natural remedies that can be used in the prevention and eliminate diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome life style Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying a good physical health and overall well-being. The inner peace and self contentment is a just a state of mind.People with diabetes diseases often use complementary and alternative medicine. I diagnosed diabetes in 2010. Was at work feeling unusually tired and sleepy. I borrowed a cyclometer from a co-worker and tested at 760. Went immediately to my doctor and he gave me prescriptions like: Insulin ,Sulfonamides,Thiazolidinediones but Could not get the cure rather to reduce the pain but bring back the pain again. i found a woman testimony name Comfort online how Dr Akhigbe cure her HIV  and I also contacted the doctor and after I took his medication as instructed, I am now completely free from diabetes by doctor Akhigbe herbal medicine.So diabetes patients reading this testimony to contact his email     drrealakhigbe@gmail.com   or his Number   +2348142454860   He also use his herbal herbs to diseases like:SPIDER BITE, SCHIZOPHRENIA, LUPUS,EXTERNAL INFECTION, COMMON COLD, JOINT PAIN, EPILEPSY,STROKE,TUBERCULOSIS ,STOMACH DISEASE. ECZEMA, PROGENITOR, EATING DISORDER, LOWER RESPIRATORY INFECTION,  DIABETICS,HERPES,HIV/AIDS, ;ALS,  CANCER , MENINGITIS,HEPATITIS A AND B,ASTHMA, HEART DISEASE, CHRONIC DISEASE. NAUSEA VOMITING OR DIARRHEA,KIDNEY DISEASE. HEARING  LOSSDr Akhigbe is a good man and he heal anybody that comes to him. here is email    drrealakhigbe@gmail.com    and his Number +2349010754824

    BalasHapus