FAKTOR FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI RSUD
KABUPATEN MAMUJU
TAHUN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes
Mellitus Di RSUD Kabupaten Mamuju tahun 2014”, sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St.
Fatimah Mamuju.
Tak lupa Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam
yang terang benderang.
Pelaksanaan penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini tidak lepas
dari peran serta berbagai pihak. Banyak bantuan dan bimbingan yang penulis
dapatkan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam
penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
yang sedalam- dalamnya kepada kedua orang tua penulis yakni kepada Ayahanda tercinta ABD. HALE.R
dan Ibunda tercinta Hj. HALIMAH atas segala pengorbanan, kasih sayang dan jerih payahnya
selama membesarkan dan mendidik, serta doanya demi keberhasilan penulis.
Terimakasih juga kepada seluruh keluarga
besar atas segala do’a dan
bantuannya kepada penulis sehinggan dapat menyelesaikan skripsi ini.
Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1.
Ibu Hj.Salma Andi Ara Selaku Ketua Yayasan Nurul Fadhilah Mamuju
2.
Bapak H. Arif
Daeng Mattemmu, SE, M.Kes Selaku Ketua BPH
3.
Bapak Ns,
Samsualam, SKM.,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St.
Fatimah Mamuju
4.
Bapak Dr. H.
Kudding Harli selaku direktur STIKES St. Fatimah Mamuju.
5.
Ibu Ns. Rubiah R,
S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES St. Fatimah
Mamuju
6.
Ibu Ns. Yulianan
D, S.Kep.,M.Kes selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES St.
Fatimah Mamuju
7.
Bapak Ns, Safriadi
Darmansyah AR.S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Ririn Fatmawati SKM.,M.Kes selaku pembimbing II
8.
Bapak Sahabuddin,
SKM.,M.Kes selaku Penguji I dan Bapak H.
Adrian Haruna, MM.,MBA selaku penguji II
9.
Para Bapak / Ibu Dosen (Khususnya seluruh Dosen Program
Studi Ilmu Keperawatan) yang telah membekali ilmu kepada penulis
10.
Ibu Dr. Titin
Hayati, MARS selaku Direktur RSUD Mamuju Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat
11.
Rekan-rekan
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju khususnya angkatan 2010 yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi
ini.
12.
Untuk semua teman – teman dekat, yang tidak bisa saya sebut satu persatu ,
terima kasih karna telah menjadi teman yang baik selama ini dan terima kasih
untuk bantuan kalian. Semoga kita akan sama-sama tersenyum bangga untuk
keberhasilan kita, Insya Allah
Semoga Allah
SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangn dan kesalahan
yang disebabkan keterbatan penulisan dalam berbagai hal, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis
akan menerimanya dengan senang hati. Mudah mudahan skripsi ini dapat menjadi
bahan informasi bagi para pembaca
Mamuju, 20 Agustus 2014
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN
....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. latar
Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Perumusan
Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan
Penelitian..................................................................................... 5
D. Manfaat
Penelitian.................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum Tentang Diabetes Mellitus........................................... 8
B. Tinjauan
Umum Tentang Umur............................................................. 27
C. Tinjauan
Umum Tentang Jenis Kelamin................................................. 28
D. Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga........................................... 29
E. Tinjauan Umum Tentang Merokok......................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar
pemikiran pariabel penelitian........................................................ 33
B. Kerangka
pikir dan variabel penelitian.................................................... 36
C. Defenisi
operasional dan kriteria objektif............................................... 37
D. Hipotesis
kerja......................................................................................... 39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain
Penelitian..................................................................................... 40
B. Tempat
dan Waktu Penelitian................................................................. 40
C. Populasi
dan Sampel............................................................................... 40
D. Alur
penelitian......................................................................................... 43
E. Pengumpulan
Data.................................................................................. 44
F.
Pengelolaan dan Penyajian
Data............................................................. 44
G. Etika
Penelitian....................................................................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
penelitian ....................................................................................... 47
B. Pembahasan............................................................................................. 55
C. Keterbatasan
penelitian .......................................................................... 62
BAB
VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
............................................................................................ 63
B. Saran
...................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
|
ix
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu
penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar. Diabetes Mellitus dari bahasa
Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air dan bahasa Latin: Mellitus, (rasa
manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula atau
kencing manis yaitu kelainan metabolis
yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglisemia
kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Komplikasi
jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular
(risiko ganda), kegagalan kronis ginjal
(penyebab utama dialisis),
kerusakan retina
yang dapat menyebabkan kebutaan,
serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi
dan gangren
dengan risiko amputasi (Supriadi S, 2013).
1
|
1
|
Diabetes kini menjelma menjadi penyebab
kematian keenam pada semua kelompok umur di Indonesia. Ada kecenderungan
penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh perilaku hidup tidak sehat yang terus berkembang di masyarakat.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukan pada saat ini prevalensi
diabetes di wilayah perkotaan mencapai 5,7 persen. Yang memprihatinkan, 73,7
persen pasien diabetes tersebut tidak terdiagnosa dan tidak mengonsumsi obat
(Trisnawati, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, angka prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi terdapat di
provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti
Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5 persen). Sementara itu, prevalensi Diabetes
Mellitus terendah ada di provinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen),
Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen),
diikuti Sulbar (17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di
Jambi (4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak
pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen,
sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8 persen (Trisnawati, 2013).
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia
yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena
bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif.
Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun, namun
mulai umur ≥ 65 tahun
cenderung menurun (Kemenkes,
2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati tahun 2012 dengan judul faktor risiko
kejadian Diabetes Mellitus menunjukkan bahwa faktor risiko umur, stress, dan merokok berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus (Trisnawati tahun
2012).
Penderita Diabetes Mellitus di RSUD
Kab. Mamuju berdasarkan data dari instalasi Rekam Medik tahun 2012 jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 71
orang (6,01%) (terdiri
dari laki-laki 28 orang, perempuan 43 orang. Tahun 2013 jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 98
(7,65%) orang
terdiri dari laki-laki 37 orang, perempuan 61 orang. Tahun 2014 bulan Januari
sampai April jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 43 orang (5.65%) terdiri dari laki-laki 14 orang, perempuan 29
orang. (Data Rekam medik
RSUD Mamuju, 2012-2014).
Pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes
Mellitus telah mencapai 465 miliar USD. International
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak
menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak
terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang
cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus, dan
berkaca dari potensi diabetes yang bisa menyebabkan kematian dan kerugian
ekonomi, maka pemerintah serius menangani masalah penyakit tersebut guna
mengurangi faktor risiko diabetes tersebut, pemerintah telah mengeluarkan
aturan tentang kandungan gula pada makanan ringan di Indonesia yang dimuat
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 208/1985 tentang Pemanis
Buatan dan Permenkes No 722/1988 tentang bahan tambahan makanan.
Diabetes Mellitus bisa dicegah, ditunda
kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor risiko (Kemenkes,
2010). Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yaitu usia yang semakin bertambah, usia dia atas
40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan
terhadap insulin. Jenis kelamin, pada wanita yang sudah mengalami monopause
punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Prevalensi
DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Riwayat keluarga
yang mengalami penyakit DM, faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang
tidak bisa diremeh untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Asap rokok,
asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan, termasuk
terhadap risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes Mellitus.
Dari uraian dan data tersebut diatas
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus baik secara
global, nasional maupun di daerah khususnya di RSUD Kab.Mamuju dari tahun
ketahun, oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya penelitian tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun
2014.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun 2014.
2. Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui
hubungan umur dengan kejadian
Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014
b. Mengetahui
hubungan jenis kelamin dengan
kejadian Diabetes Mellitus
di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014
c. Mengetahui
hubungan riwayat keluarga DM dengan kejadian
Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
d. Mengetahui
hubungan Obesitas dengan kejadian Diabetes Mellitus di
RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
e. Mengetahui
hubungan merokok dengan
kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Pendidikan
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai
bahan bacaan dan referensi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan Stikes ST
Fatimah Mamuju untuk melakukan penelitian selanjutnya dan meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
2. Pemerintah
(Rumah Sakit)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada institusi pemerintah dalam hal ini rumah sakit
khususnya rumah sakit umum daerah kabupaten Mamuju selaku perpanjangan tangan
dari pemerintah untuk selalu meningkatkan pelayanan kesehatan guna mengurangi,
atau mencegah dan merawat masyarakat yang mengalami Diabetes Mellitus.
3. Bagi
Ilmu Pengetahuan (Dunia Keperawatan).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dalam upaya
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang mengalami Diabetes Mellitus.
4. Bagi
Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat secara umum dan kepada penderita dan keluarga
secara khusus tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus.
5. Bagi
peneliti berikutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian tentang
Diabetes Mellitus.
6. Bagi
Peneliti
a. Merupakan
proses belajar memecahkan masalah secara sistimatis dan logis yang menambah
pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang riset keperawatan.
b. Mendapatkan
gambaran nyata tentang faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus di
RSUD Kab Mamuju.
c. Merupakan
prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tentang Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes
mellitus merupakan sekelompok heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Andra
S, 2013).
Diabetes
Mellitus adalah penyakit hiperglikemia
yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Mellitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Purnamasari, 2009).
Diabetes
Mellitus adalah keadaan hiperglikemia
kronik disertai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai kom-plikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer A, dkk, 2005).
Diabetes
Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, S
dkk. 2006).
8
|
Dari beberapa pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus
(DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk
heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin
yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.
2. Klasifikasi
Diabetes mellitus
Dalam buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah oleh Brunner & Sunddarth dalam corwin (2009), dijelaskan bahwa klasifikasi
Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
a. DM tipe I atau Diabetes Mellitus tergantung insulin
(IDDM).
Diabetes tipe ini
disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas menghasilkan
insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses destruksi ini
dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik.
b. DM tipe II atau Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (NIDDM).
Tipe ini bervariasi
mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
c. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau
sindrom lain atau diabetes sekunder.
d. Diabetes Mellitus gestasional atau Diabetes Mellitus
kehamilan.
3. Etiologi
a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes type ini ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya terjadi pada usia
30 tahun.
1) Faktor Genetika
Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Dalam buku patofisiologi Sylvia
A. Price, dijelaskan bahwa bukti untuk determinan genetik diabetes tipe I
adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas
(Human Leukocyte Antigen) spesifik.
Tipe gen ini berkaitan dengan DM tipe I yakni memberi kode kepada
protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limposit.
Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari
respon imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limposit T yang terganggu akan
berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau langerhans. Selain
itu juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi terhadap sel-sel pulau
langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel beta.
2) Faktor Imunologi
Pada Diabetes type I terdapat
bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau
langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat
dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type I.
3) Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella,
sitomegalovirus dan toksin tertentu
misalnya golongan nitrosamin yang
terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta pankreas.
b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan HLA tidak nampak
berperan dalam proses terjadinya NIDDM. Akan tetapi faktor herediter memainkan
peran yang sangat besar. Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM Type II yaitu usia, obesitas, riwayat
keluarga, dan kelomok etnik tertentu.
1) Usia
Resistensi insulin cenderung
terjadi pada usia diatas 65 tahun.
Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan fungsi
pankreas menjadi menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga
ikut terganggu.
2) Obesitas
Riset melaporkan bahwa obesitas merupakan salah satu
faktor determinan yang menyebabkan terjadinya NIDDM, sekitar 80% klien NIDDM
adalah individu dengan masalah kegemukan atau obesitas (20% diatas BB ideal)
karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin sehingga akan timbul
kegagalan toleransi glukosa.
Overweight membutuhkan banyak
insulin untuk metabolisme tubuh. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak
cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor
insulin menurun atau mengalami kelainan dalam pengikatan dengan insulin. Kondisi
seperti ini apabia berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menye-babkan
terjadinya resistensi insulin.
3) Riwayat Keluarga
Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko
lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang
tidak bisa diremehkan untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah
sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit
diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan
pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan
terhindar dari penyakit yang mengerikan ini
4) Kelompok Etnik
Misalnya penduduk di amerika serikat,
dimana golongan Hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan
dengan golongan Afro-Afrika.
4. Insiden
Tingkat prevalensi Diabetes Mellitus
sangat tinggi di dunia terdapat sekitar 16 juta kasus Diabetes di Amerika
Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru diabetes merupakan
penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama
kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati
diabetik pada usia yang sama, penderita diabetik paling sedikit 2 ½ kali
lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak
menderita diabetes.
75% penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit
vaskuler. serangan jantung, gagal ginjal, stoke,dan ganggren adalah komplikasi
yang paling utama. Selain itu kematian fetus
intrauterina pada ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol juga meningkat.
5. Patofisiologi
a. Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (IDDM)
Pada diabetes tipe ini terdapat ketidak
mampuan pankreas untuk memproduksi insulin karena sel-sel beta pankreas
dihancurkan oleh proses autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
saolah-olah sebagai jaringan asing. Proses ini
mengakibatkan gangguan fungsi sel beta pakcreas dimana sel ini tidak dapat
menghasilkan insulin sebagai mana mestinya. Sehingga terjadi gangguan transport
glukosa ke seluruh jaringan tubuh yang berujung pada kondisi
hiperglikemia.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia).
b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
Pada diabetes tipe ini
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu, resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tesebut, maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel. Jika terjadi resistensi insulin pada diabetes tipe ini dan disertai dengan penurunan reaksi intra sel,
maka insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, maka sekresi insulin
harus meningkat. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan resistensi
ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan agar kadar glukosa dapat
dipertahankan pada tingkat yang normal. Akan tetapi jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes.
6. Manifestasi
IDDM
a.
Insulin
Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
1) Hiperglikemia
Kekurangan
insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran sel kedalam sel mengakibatkan
molekul glukosa berkumpul dalam aliran darah, sehingga terjadi hiperglikemia.
2) Poliuria
Hiperglikemia ini dapat menyebabkan serum Hyperosmolality,
sehingga cairan dari intraselular pindah kedalam sirkulasi dan meningkatkan
volume darah serta aliran darah ginjal hal ini memicu terjadinya diuresis
osmotik yang mengakibatkan output urin meningkat. Gejala poliuria juga dapat terjadi
sebagai respon tubuh terhadap hiperglikemia dimana tubuh berusaha mengeluarkan
glukosa melalui ginjal bersama air dan kencing.
3) Glukosuria
Disaat kadar
glukosa darah melebihi ambang ginjal terhadap glukosa (biasanya 80 mg/dL), maka
sebagai kompensasi tubuh maka glukosa
dieksresi kedalam urine.
4) Polidipsia
Dengan meningkatnya output urine maka dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi sehingga mulut menjadi kering dan akan timbul rasa haus
yang menyebabkan timbulnya keinginan
untuk terus minum.
5) Polyfhagia
Karena
glukosa tidak dapat ditrasfer kedalam sel tanpa insulin, maka produksi energi
akan menurun. Penurunan energi inilah yang menstimulasi rasa lapar, dan
seseorang akan makan lebih banyak.
6)
Malaise dan
Fatique
Rasa lelah
dan kelemahan otot muncul karena pemecahan protein dan lemak di otot sebagai upaya pemenuhan energi karena
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber
energi, selain itu gangguan aliran darah pada penderita diabetes lama
juga berperan menimbulkan kelelahan.
7)
Gangguan Penglihatan
Hiperglikemia akan menyebabkan gangguan
penglihatan terutama jika terjadi komplikasi berupa retinopati yang disebabkan
karena perubahan sirkulasi pada retina yang menyebabkan sel-sel pada retina
mengalami iskemik. Selain itu hiperglikemia juga dapat menyebabkan penumpukan
kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu yang dapat mentraspor glukosa
tanpa memerlukan insulin. Glukosa yang berlebihan tidak akan termeta-bolisasi
habis secara normal melalui glikolisis, tetapi dengan perantara enzim aldose reduktase maka sebagian akan
diubah menjadi sorbitol, sorbitol ini akan menumpuk dalam sel atau jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi terutama pada lensa
mata yang dapat mengurangi kejerniannya sehingga penglihatan menjadi kabur.
8)
Peningkatan Angka Infeksi
Ini terjadi
akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun,
dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. Dengan demikian
manifestasi klinik IDDM adalah poliuria,
polidipsia, dan poliphagia, yang diikuti penurunan berat badan, malaise, dan fatique serta gangguan penglihatan. Manifestasinya dapat berentang
dari yang ringan sampai yang berat ini sangat bergantung pada tingkat
kekurangan insulin. Tekanan pada sistem saraf pusat akibat akumulasi ketone yang menyebabkan asidosis dapat berakibat pada kematian.
b.
Non Insulin
Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
Pasien
NIDDM mempunyai manifestasi klinik
secara perlahan-lahan dan sering tidak disadari bahwa penyakit telah terjadi. Hiperglikemia biasanya tidak seberat
IDDM, tetapi gejala-gejala sama, terutama polyuria
dan polydipsia. Polyphagia sering
tidak tampak, dan kehilangan berat badan tidak selalu ada. Akibat hiperglikemia maka akan muncul kekaburan
penglihatan, fatigue dan infeksi
kulit.
7. Diagnostik
Test
Diagnostik test pada penderita Diabetes Mellitus menurut Corwin
J, 2009 yaitu:
a. Pemeriksaan Darah
Pada
pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih dari 140 mg
per 100 ml darah pada dua kali pengukuran. Glukosa darah meningkat karena
sebagian besar sel tidak dapat memasukkan glukosa ke dalam sel tanpa insulin
dan terjadinya perangsangan glukoneoganesis.
b.
Pemeriksaan
Glukosa dalam Urine
Glukosa
dalam urine adalah nol, tetapi apabila kadar glukosa dalam darah lebih besar
dari 180 mg per 100 ml darah maka glukosa akan keluar bersama urin.
c.
Pemeriksaan
Keton dalam Urine
Terutama pada individu dengan diabetes
tipe I yang tidak terkontrol, disini akan muncul keton pada urine si penderita.
d.
Peningkatan
Hemoglobin Terglikosilasi.
Selama 120
hari masa hidup sel darah merah, hemoglobin secara lambat dan ireversible mengalami glikosilasi
(mengikat glukosa). Dalam keadaan normal, sekitar 4-6% hemoglobin sel darah
merah terglikosilasi. Apabila terdapat hiperglikemia, maka kadar hemoglobin
terglikosilasi akan meningkat.
e.
Uji
toleransi Glukosa yang Melambat.
Apabila pada seorang yang
nondiabetik diberikan glukosa secara oral, maka sekresi insulin dari pankreas
akan meningkat dengan segera. Hal ini memungkinkan pengangkutan glukosa secara
cepat keluar dari darah untuk masuk kedalam sel. Dengan demikian sampel darah
yang diambil secara berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes
meningkat hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam. Para
pengidap diabetes tidak dapat
mengeluarkan insulin (tipe I) terhadap respon pemberian glukosa atau mengalami
penurunan responsifitas terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada
pengidap diabetes, setelah pemberian glukosa, sampel darah yang diambil secara
berkala memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara bermakna dan tetap
meningkat selama beberapa jam kemudian.
8. Penatalaksanaan
Medis
Tujuan
pengobatan Diabetes Mellitus pada
prinsipnya yaitu menormalkan kadar glukosa darah
secara konsisten dengan variasi minimum, mencegah dan memperlambat timbulnya
komplikasi serta mendidik penderita dalam peningkatan pengetahuan dan
memberikan motivasi kepada klien agar dapat merawat sendiri sehubungan dengan penyakitnya. Tujuan ini
dapat dicapai melalui program terapi yang dibagi menjadi terapi primer dan
terapi sekunder.
a.
Terapi Primer
1)
Diet Diabetes Mellitus
Pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar
gula darah, dapat mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda.. Di samping itu konsistensi
interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi cemilan juga dapat
dilakukan, ini akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah.
Terapi diet merupakan komponen
penting pada pengobatan diabetes baik itu tipe I maupun tipe II. Rencana diet
diabetes dihitung secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan,
rencana penurunan berat badan, dan tingkat aktivitas. Sebagian pasien diabetes
tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan
intervensi diet.
2)
Program Olahraga
Terutama untuk
pengidap diabetes tipe II, olah raga di sertai dengan pembatasan diet akan mendorong penurunan berat badan dan
dapat meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe Diabetes Mellitus, olah
raga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar
glukosa darah turun.
Pengidap diabetes tipe I harus berhati-hati sewaktu
berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah yang mencetuskan
hipoglikemia. Hal ini terjadi apabila pemberian insulin tidak disesuaikan
dengan program olah raga.
3)
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan harus
sering diberikan oleh dokter atau perawat kepada para penderita Diabetes
Mellitus. Penyuluhan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan
mengenai perlunya diet secara ketat, latihan fisik, minum obat, dan juga
pengetahuan tentang komplikasi., pencegahan, maupun perawatannya. Penyuluhan
dapat diberikan langsung baik secara perorangan maupun kelompok, atau melalui
poster/selebaran. Penyuluhan ini juga dapat dilakukan antara penderita diabetes
dengan cara berbagi pengalaman mengenai segala hal yang berkaitan dengan
penyakit yang mereka derita tersebut.
b.
Terapi Sekunder
1)
Pemberian Cairan
Koma
nonketolik hiperglikemik hiperosmolar
diterapi dengan pemberian cairan dalam
jumlah besar dan koreksi lambat terhadap defisit kalium.
2)
Intervensi Farmakologis
Jika
penderita Diabetes Mellitus sudah melakukan terapi primer namun kadar glukosa
darahnya masih tetap tinggi, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan terapi
dengan mengkonsumsi obat anti-diabetika. Obat-obat anti-diabetik oral yang
sekarang banyak digunakan adalah berasal dari golongan Derivat Sulfonilurea dan Derivat
Biguanida.
a) Obat
dari golongan Sulfonilurea bekerja merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan
persediaan insulinnya sebagai reaksi bila kadar gula naik. Obat dari golongan
ini dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
(1) Obat dengan masa kerja yang singkat (6-12 jam),
misalnya Tolbutamida (Rastinon, Artosin)
dan Glukodion (glurenorm).
(2)
Obat dengan masa kerja menengah ( kurang lebih 15 jam),
misalnya Glibenclamide (Doanil,
Englucon), gliclomida (Diamikron), dan Glipizida (Minidiab).
(3)
Obat dengan masa kerja panjang (kurang lebih 70 jam),
misalnya Cholorpropamide (Diabenese,
Diabex).
Efek
samping yang kadang ditimbulkan oleh obat dari golongan Sulfonilurea adalah gangguan lambung dan usus (mual, muntah, diare), pusing, napsu
makan meningkat, dan berat badan naik.
b) Obat
golongan biguanida tidak merangsang
sel beta pankreas, tetapi langsung bekerja menghambat penyerapan gula usus,
obat golongan ini dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
(1) Phengormin, yang sekarang tidak digunakan
lagi.
(2)
Metformin
(Gluciphage, Benofomin).
(3) Acarbose (Glukobay 50
dan 100), merupakan obat terbaru yang mampu secara efektif menghambat absorpsi
glukosa dari usus.
Yang
dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien diabetes adalah obat-obat
antihipertensi. Obat ini telah dibuktikan mengurangi hipertensi pada pasien diabetes
dan memperlambat awitan penyakit ginjal.
3)
Insulin
Pengidap diabetes tipe I
memerlukan terapi insulin. Tersedia berbagai jenis insulin dengan asal dan
kemurnian yang berbeda-beda. Insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat kerja,
waktu puncak kerja, dan lama kerja. Hormon insulin yang digunakan untuk terapi
yaitu:
a)
insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam), misalnya
Regular insulin dan Actrapid.
b) Insulin
dengan masa kerja menengah (6-12 jam), misalnya Monotard
c) Insulin
dengan masa kerja panjang (18-24 jam), misalnya PZI (Protamin Zink Insulin) dan Monotard
Ultralente.
Pengobatan
dengan hormon insulin biasa diberikan kepada pasien muda yang gagal disembuhkan
dengan terapi oral, atau pada wanita hamil dan pada penderita dengan infeksi
akut atau komplikasi ginjal. Preparat insulin yang sudah banyak beredar pada
saat ini, sudah dibuat Human Mono Companent, sehingga memiliki toleransi yang
lebih tinggi dengan kemungkinan alergi yang lebih kecil.
4)
Penggantian Sel Pulau Langerhans
Kemajuan
mutakhir dalam teknik-teknik penggantian sel pulau langer-hans memungkinkan
lebih dari 3000 orang di seluruh dunia diterapi dengan transplantasi sel pulau
langerhans, pengobatan cara ini memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes
dimasa mendatang.
5)
Insersi Gen untuk Insulin
Saat ini juga sedang dilakukan
eksperimen-eksperimen pendahuluan yang dirancang untuk memunkinkan insersi gen
insulin kepada pengidap diabetes tipe I. Di masa mendatang prosedur ini lebih
memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dibanding dengan terapi
obat-obatan.
9. Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan
komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik
Akut
1) Ketoasidosis
Diabetik
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis,
peningkatan glikolisis, dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan
ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik
dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan
mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Hipoglikemia
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat
terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan
therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa
suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia
umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi,
berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang
disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak
akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang
tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
1) Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty
diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty
diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular
yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi
dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan
hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan
menderita insufisiensi ginjal dan uremia.
2) Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi
insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini
berupa :
a)
Penimbunan
sorbitol dalam intima vaskular
b) Hiperlipoproteinemia
c)
Kelainan
pembekuan
darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan
mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka
dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio
intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria
koronaria, dan
aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat
dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme
glukosa secara keseluruhan.
B.
Tinjauan
Umum Tentang Umur
Menurut (Harlock, 2005) Umur
adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa
adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun,
dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan . Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur
waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.
Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga
waktu umur itu dihitung.
Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus
adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital
melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita
yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya
kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang
berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan
hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi
DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Sebagian besar penderita DM
berusia antara 40-59 tahun
Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah
kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut
mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin.
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas
mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya
resistensi insulin (Trisnawati, 2013).
C. Tinjauan Umum
Tentang Jenis Kelamin
Pengertian
jenis kelamin (seks) adalah perbedaan
antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks
berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan
sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu
untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis
laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan
fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka
bumi.
Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih
tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat
dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia
menopause karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang
membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) menunjukkan prevalensi
kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi
lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga
wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2 (Irawan, 2010).
D.
Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kostribusi yang tidak bisa diremeh
untuk seseorang terserang penyakit Diabetes. Menghilangkan faktor genetik
sangatlah sulit. yang bisa dilakukan untuk seseorang agar terhindar dari
penyakit Diabetes Mellitus karena sebab genetik, adalah dengan memperbaiki pola
hidup dan pola makan. Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes tipe
I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) kejadian penyakit
diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19;
95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga.
Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar
hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki keluarga
dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya
menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko
untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM
dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara
kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika
yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi
masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa
kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.
E.
Tinjauan
Umum Tentang Merokok
Rokok adalah
silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau
yang telah dicacah. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk
kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin
yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen
yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat
memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin
yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil
tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Merokok
merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan
terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil
uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian
Gabrielle,Cappri, et.al (2005)
menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,001) dengan OR 2,66. Begitupula
penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko
76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan
(Irawan, 2010).
Merokok secara langsung
meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral
lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri
khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang
meningkat (Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).
Merokok adalah suatu
hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi
dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya
sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit
diabetes mellitus.
Merokok menyebabkan
kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan
kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari
memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) menunjukkan
distribusi responden berdasarkan terpapar asap rokok dan tidak terpapar asap
rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok aktif
dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar adalah
perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok
aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko
76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan
(Irawan,2010).
KERANGKA KONSEP
A.
Dasar
Pemikiran Variabel Penelitian
Diabetes
Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari
kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Ada beberapa faktor yang berhubungan penyakit Diabetes Mellitus yang harus
mendapatkan perhatian serius agar terhindar dari penyakit yang bisa dibilang
sangat mematikan. Keberadan beberapa faktor yang berhubungan diabetes akan
menjadikan peluang yang sangat besar untuk terserang penyakit yang dikenal
penyakit Diabetes Mellitus atau lebih dikenal dengan Kencing Manis.
Beberapa faktor yang berhubungan
Diabetes Mellitus
yaitu usia yang semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun. Jenis kelamin,
prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Asap
rokok, asap menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat
komplek. Termasuk terhadap Risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes
Mellitus. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang
tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes.
33
|
1.
Umur
Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami
diabetes Mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital
melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita
yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka
terhadap hormon insulin.
Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah
kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut
mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin.
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas
mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin
(Trisnawati, 2013).
2.
Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus Penyakit
Diabetes Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan
laki– laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau
kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laki – laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan
gaya hidup sehari –hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan
hal tersebut merupakan salah satu faktor
yang berhubungan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus. Jumlah lemak pada laki
– laki dewasa rata –rata berkisar antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan
pada perempuan sekitar 20 – 25 %.
Jadi
peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan
pada lakilaki, sehingga faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus
pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3
kali, (Imam Soeharto, 2005).
3.
Riwayat keluarga DM
Diabetes
Mellitus cenderung
diturunkan, bukan ditularkan. Faktor keturunan atau genetik punya
kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah
sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit Diabetes
Mellitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola
makan.
Adanya
riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung
memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa diabetes
mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya
laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak
yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
4.
Merokok
(paparan asap rokok)
Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan
tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat
berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan
sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap Risiko seseorang mudah terserang
penyakit diabetes mellitus.
Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para
peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan
terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM
lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.
B.
Kerangka
Pikir Dan Variabel Penelitian
Variabel
adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,
manusia, dan lain-lain).
(Nursalam. 2009) Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel
dependen.
Variabel
independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2009).
Variabel
independen pada penelitian ini adalah faktor yang berhubungan: Umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga DM, merokok. Sedangkan variabel dependen nya adalah
kejadian Diabetes mellitus. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependen
Gambar 3.1: Kerangka Pikir Penelitian
|
Kejadian
Diabetes Mellitus
|
Jenis
Kelamin
|
Umur
|
Riwayat Keluarga DM
|
Merokok
|
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel dependen
: Penghubung Variabel yang diteliti
C.
Definisi
Operasional Dan Kriteria Objektif
1.
Diabetes Mellitus
a. Definisi
Oprasional
DM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pasien yang terkena penyakit DM yang didiagnosa oleh dokter.
b. Kriteria
objektif
DM :
Bila pasien menderita DM dan di diagnosa oleh
dokter
Tidak
DM :
Bila pasien tidak menderita DM
2.
Umur
a. Definisi
Operasional
Umur Yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah Umur pasien pada saat menjadi responden.
b.
Kriteria Objektif
Risiko tinggi : Bila umur
pasien ≥ 40 tahun.
Risiko Rendah : Bila umur pasien ≤
40 tahun.
3.
Jenis kelamin
a. Definisi
Operasional
Jenis kelamin
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin responden/ pasien.
b. Kriteria
Objektif
Perempuan : Jika jenis kelamin pasien perempuan
Laki-laki :
Jika jenis kelamin pasien
laki-laki.
4.
Riwayat Keluarga DM
a. Definisi
Operasional
Riwayat
keluarga Yang dimaksud pada penelitian ini adalah
ada atau tidaknya keturunan atau anggota keluarga yang pernah mengalami
penyakit Diabetes sebelum responden mengalami DM.
b. Kriteria
Objektif
Risiko tinggi :
Jika responden mempunyai riwayat keluarga DM
Risiko Rendah :
Jika responden tidak mempunyai riwayat keluarga DM
5.
Merokok
a. Definisi
Operasional
Merokok Yang
dimaksud pada
penelitian ini adalah perilaku menghisap
Rokok yang dilakukan secara rutin berdasarkan apa yang disampaikan oleh
responden.
b. Kriteria
Objektif
Risiko tinggi :
Jika responden mengkonsumsi rokok ≥ 20 batang/ hari
Risiko rendah :
Jika responden mengkonsumsi Rokok <
20 batang /hari
D.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara penelitian, patokan dugaan, atau dalil sementara yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005) hipotesis kerja
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Umur
merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab.
Mamuju tahun 2014.
2. Jenis
kelamin merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab.
Mamuju tahun 2014.
3. Riwayat
keluarga DM merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab.
Mamuju tahun 2014
4. Merokok
merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab.
Mamuju tahun 2014.
BAB
IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Jenis
penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif Analitik
dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan
untuk melihat faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Kab. Mamuju
tahun 2014.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi
Sulawesi Barat tahun 2014.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juni sampai 17 agustus 2014 di RSUD
Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat tahun.
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2005).Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Ircham, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung ke RSUD Kab.Mamuju satu tahun terakhir.
40
|
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasinya yang
ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Luknis, 2008). Menurut Nursalam (Hidayat,
2007) sampel merupakan populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karateristik yang dimiliki populasi. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2010) Sampel adalah sebagian/wakil
populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Dalam penelitian dapat di hitung
sebagai berikut :
Keterangan :
N = Perkiraan
populasi (jumlah sampel sebanyak 43
penderita Diabetes Mellitus)
n = Perkiraan jumlah sampel.
Z = Nilai standar N (1,96)
P = Proporsi Pasien DM (10%)
Q = 1
- P
d = Tingkat
ketelitian (0,05)
43x(1,96)2x0,1x(1-0,1)
n =
(0,05)2x(43-1)+ (1,96)2x0,1x(1-0,1)
43 x 3,8416 x 0,1 x 0,9
n =
0,0025 x 42 + 3,8416 x 0,1 x 0,9
14,866992
n
=
0,105 + 0,345744
14,866992
n
= = 32,98
0,450744
Jadi n
= 33 orang
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang
yang memenuhi kriteria inklusi.
3. Teknik Penarikan Sampel
Pengambilan
sampel dilakukan dengan tehknik random
sampling yaitu pengambilan
sampel secara acak sederhana adalah setiap anggota atau unit dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo,
2010).
4. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
a) Responden yang di diagnosa DM
b) Bersedia menjadi sampel
c) Berdomisili
di wilayah Mamuju
d) Pasien yang dirawat di RSUD Kab. Mamuju.
e) Pasien
yang teregistrasi dalam Rekam Medik RSUD Mamuju tahun 2014.
2) Kriteria Eksklusi
a)
Tidak bersedia menjadi responden
b)
Pasien yang tidak
ada pada saat penelitian.
D.
Alur
Penelitian
Menyiapkan Proposal
Penelitian
|
Kesimpulan Dan Saran
|
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian
|
Analisa Data
|
Pengolahan
data : editing, koding, tabulasi
|
Pengumpulan data
|
Informed Concent
|
Sampel (pasien yang
bersedia menjadi responden yang mengalami DM )
|
Simpel Random sampling
|
Populasi (semua
pasien yang berkunjung ke RSUD
|
Pengurusan Izin
Penelitian
|
Gambar 4.3: Alur penelitian
E.
Pengumpulan
Data
Jenis data yang dikumpulkan pada
penelitian ini ada dua sebagai berikut:
1. Data
Primer
Data primer
pengumpulannya di peroleh
melalui wawancara lansung dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur.
2. Data
Sekunder
Selain mengumpulkan
data primer peneliti juga melaksanakan pengumpulan data sekunder yang meliputi
antara lain: data awal
dari RSUD Kab. Mamuju.
F.
Pengolahan
dan Penyajian Data
Prosedur
pengolahan dan analisa data yang dilakukan adalah :
1. Editing (pemeriksaan data)
Proses
editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan memeriksakan keseragaman
data.
2. Coding (pengkodean data)
Dilakukan
untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data yang perlu di
sederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (Pengkodean).
Pengkodeaan dilakukan dengan memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor
pertanyaaan, nomor variabel nama variabel dan kode.
3. Tabulasi
Data
a. Lakukan pemberian skor pada item.
b. Berikan kode pada variabel yang diberikan
skor.
c. Mengubah
jenis data, dilakukan modifikasi sesuai dengan teknik analisis
4. Analisa data
Pengolahan data di lakukan
dengan menggunakan program komputerisasi program SPSS. Sedangkan analisis data
menggunakan statistik inferensial sebagai berikut:
a.
Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi
dan persentase dari tiap variabel bebas (umur,
jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok) dengan variabel terikat (kejadian Diabetes
mellitus)
b.
Bivariat
Analisis bivariat
dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent
dan independent. Setalah data diolah
kemudian dianalisa dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS.
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent
dan dependen dengan menggunakan uji statistic
Chi-Square (X²) dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Dari hasil uji statistik tersebut dapat
diketahui dengan tingkat signifikan hubungan antara kedua variabel
5. Penyajian
data
Data
yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan
narasi. Penyajian data dalam bentuk tabel dimaksudkan untuk memudahkan dalam
melakukan analisis dan interpretasi terhadap data hasil penelitian yang
didapatkan dilapangan, sehingga dapat dibuat kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan.
G.
Etika
Penelitian
Dalam
melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak
lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam
hal RSUD Kab Mamuju. Setelah memperoleh
ijin dari instansi tersebut, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah
etika meliputi :
1. Informend consent
Lembaran persetujuan diberikan
kepada setiap calon responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap
menghormati hak-hak yang bersangkutan.
2. Anonymity
(tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasian peneliti
tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode
tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Gambaran
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan antara bulan juni dan Juli 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Mamuju. RSUD Kabupaten Mamuju terletak di bagian Provinsi Sulawesi
Barat pada posisi 1˚38’110” - 2˚, 54’522” Lintang selatan; dan 11˚54”47” - 15˚54”47” - 15˚5’35” bujur
timur dari Jakarta (0˚0’0” - 160˚48’28” bujur timur green wich), dengan batas
wilayah yaitu :
a. Sebelah
Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara
b. Sebelah
Timur dengan Kabupaten Luwu
c. Sebelah
Selatan dengan Kabupaten Majene
d. Sebelah
Barat dengan Selat Makassar. (Data Profil RSUD Mamuju, 2013)
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Mamuju selama
1 bulan dari tanggal 26 Juni sampai dengan 17 Agustus 2014,
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus di RSUD
Kabupaten Mamuju.
Jumlah sampel yang berhasil diperoleh peneliti sebanyak 33 responden
dengan karakteristik yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner.
Data yang diperoleh diperiksa kembali dan kemudian diolah dengan menggunakan
SPSS 16 berikut ini peneliti akan menyajikan data analisis univariat dan
bivariat.
2.
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan distribusi
frekuensi, karakteristik respoden yang meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga dan merokok.
a.
Distribusi Responden berdasarkan Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD
Mamuju tahun 2014
Umur
|
Jumlah
|
%
|
>40 tahun
< 40 tahun
|
28
5
|
84,8%
15,2%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.1 tentang usia responden
dari 33 orang yang paling banyak adalah usia
> 40 tahun yang merupakan
usia yang paling berisiko yaitu sebanyak 28 orang (84,8%) , selanjutnya usia < 40 tahun yang berisiko rendah
sebanyak 5 orang ( 15,2%).
b.
Distribusi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi
Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Pada pasien
Diabetes
Mellitus
di RSUD Mamuju tahun 2014
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
%
|
Laki – laki
Perempuan
|
6
27
|
18,2%
81,8%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dari
33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan sebanyak
27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki - laki sebanyak 6 orang
(18,2%)
c.
Distribusi
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi
Responden Berdasarkan
Pendidikan
Pada pasien
Diabetes
Mellitus di
RSUD Mamuju tahun 2014
Pendidikan
|
Jumlah
|
%
|
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan tinggi
|
7
10
8
4
4
|
21,2%
30,3%
24,2%
12,1%
12,1%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan
bahwa dari 33 jumlah responden tingkat
pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD sebanyak 10 orang (30,3%),dan
tingkat pendidikan paling sedikit adalah SMA (12,1%) dan Perguruan Tinggi (12,1%)
d.
Distribusi
Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Responden
Berdasarkan
Pekerjaan
Pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014
Pekerjaan
|
Jumlah
|
%
|
Petani
URT
Nelayan
Wiraswasta
PNS
|
12
9
3
5
4
|
36,4%
27,3%
9,1%
15,2%
12,1%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan
tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 33 jumlah responden pekerjaan yang paling banyak adalah petani
sebanyak 12 orang (30,3%), dan paling sedikit bekerja sebagai nelayan sebanyak
3 orang ( 9,1%).
e.
Distribusi
Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga DM
Tabel 5.5
Distribusi
Responden Berdasarkan
Riwayat
Keluarga Pada
pasien
Diabetes Mellitus di
RSUD Mamuju tahun 2014.
Riwayat Keluarga
|
Jumlah
|
%
|
Risiko tinggi
Risiko rendah
|
29
4
|
87,9%
12,1%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.5
diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang
(87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%).
f.
Distribusi
Responden Berdasarkan Rokok (Terpapar Asap Rokok)
Tabel 5.6
Distribusi
Responden Berdasarkan
Perilaku
Merokok Pada
pasien
Diabetes Mellitus di
RSUD Mamuju tahun 2014
Merokok
|
Jumlah
|
%
|
Risiko tinggi
Risiko rendah
|
25
8
|
75,8%
24,2%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
Sumber
: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel
5.7 tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang
(75,8%), dan yang berisiko rendah
sebanyak 8 orang (24,2%).
3.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat
adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui variabel
independen dengan variabel dependen dengan
menggunakan tabulasi silang (crosstab) dengan uji Chi – Square . Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen
adalah status responden yang mengalami Diabetes Mellitus sedangkan variabel
independen adalah Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok(terpapar
asap rokok). Adapun penyajian analisis bivariat sebagi berikut :
a. Hubungan
antara Umur dengan kejadian Diabetes Millitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.
Tabel 5.7
Hubungan antara umur dengan kejadian Diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju Tahun
2014
Umur
|
Status DM Responden
|
Total
|
P
|
||||
DM
|
Tidak DM
|
||||||
N
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
>40 Tahun
|
27
|
81,8%
|
1
|
3,0%
|
28
|
84,8%
|
0,000
|
<40 Tahun
|
0
|
0%
|
5
|
15,2%
|
5
|
15,2%
|
|
Total
|
27
|
81,8%
|
6
|
18,2%
|
33
|
100
|
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dari 33 orang yang paling banyak adalah usia
> 40 tahun yang memiliki risiko tinggi yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5
orang ( 15,2%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000
< 0,05 maka Hal ini berarti ada
hubungan antara umur dengan
kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.
b. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes
mellitus di RSUD kab. Mamuju tahun 2014.
Table
5.8
Hubungan
antara jenis kelamin dengan
kejadian
diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014
Jenis
kelamin
|
Status DM Responden
|
Total
|
P
|
||||
DM
|
Tidak DM
|
||||||
N
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Risiko Tinggi
|
27
|
96,3%
|
1
|
3,7%
|
27
|
81,8%
|
0,000
|
Risiko Rendah
|
1
|
16,7%
|
5
|
83,3%
|
6
|
18,2%
|
|
Total
|
26
|
78,8%
|
7
|
21,2%
|
33
|
100
|
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari
33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan sebanyak
27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki - laki sebanyak 6 orang
(18,2%)
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju
c. Hubungan
antara riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju
tahun 2014.
Table
5.9
Hubungan Antara Riwayat
Keluarga Dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014
Riwayat Keluarga
|
Status DM Responden
|
Total
|
P
|
||||
DM
|
Tidak DM
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
n
|
%
|
||
Risiko tinggi
|
26
|
78,7%
|
3
|
9,0%
|
29
|
87,9%
|
0,014
|
Risiko rendah
|
1
|
3,0%
|
3
|
9,0%
|
4
|
12,1%
|
|
Total
|
27
|
81,8%
|
6
|
18,1%
|
33
|
100
|
Sumber :
Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5.9
diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang
(87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD
Mamuju.
d. Hubungan
antara perilaku merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun
2014.
Tabel 5.10
Hubungan antara perilaku
merokok dengan kejadian diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju Tahun
2014
Perilaku merokok
|
Status DM Responden
|
Total
|
P
|
||||
DM
|
Tidak
DM
|
||||||
N
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||
Risiko
tinggi
|
23
|
69,6%
|
2
|
6,0%
|
25
|
75,8%
|
0,020
|
Risiko
rendah
|
4
|
12,1%
|
4
|
12,1%
|
8
|
24,2%
|
|
Total
|
27
|
81,8%
|
6
|
18,1%
|
33
|
100
|
Sumber :
Data Primer 2014
Berdasarkan Tabel
5.10 tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang
(75,8%), dan yang berisiko rendah
sebanyak 8 orang (24,2%).
Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal
ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi–square
menggunakan program SPSS dan disesuaikan dengan tujuan penelitian
yaitu mengetahui faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, perilaku merokok yang berhubungan dengan kejadian diabetes
Mellitus di RSUD Mamuju, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :
1. Umur
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 33 responden yang paling banyak adalah usia > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5
orang ( 15,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square
(Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD
Mamuju.
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa responden dari 33 responden dari 27 orang responden yang berisiko tinggi
perempuan 26 orang (96,3%) yang
mengalami diabetes Mellitus, dan terdapat 1 orang responden (3,7%) yang tidak diabetes Mellitus. Sedangkan dari
6 responden (18,2%) yang risiko rendah laki – laki terdapat 1 orang (16,7%) yang diabetes
Mellitus dan 5 orang (83,3%) yang tidak
diabetes Mellitus.
Hasil
uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's
Exact Test) diperoleh nilai p < 0,05 dimana nilai p = 0,000 < 0,05 maka HO di tolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang di lakukan oleh I Gusti Made Geria Jelantik (2013) dengan judul “ Hubungan
Faktor Risiko, Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, Dan Hipertensi Dengan Kejadian
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram” menunjukkan bahwa umur penerita diabetes pada usia
>40 tahun 3 kali lebih banyak di
banding usia muda <40 tahun, umur >40 tahun berkaitan terjadinya diabetes
karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan
sekresi atau resistensi insulin sehingga
kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darahnya tinggi. Dari
hasil penelitian pada kelompok kasus >40 tahun sebanyak 45 orang (90,0%) dan
yg berumur <40 tahun sebanyak 5 orang (10,0%) di dapatkan nilai p= 0,000 (p= <0,05). Hal ini ada hubungan
antara faktor umur dengan kejadian diabetes mellitusdi wilayah kerja puskesmas
mataram.
Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital
melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita
yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya
kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin
Kelompok umur
yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan
diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40
tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan
intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan
sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia
lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan
memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).
2. Jenis
Kelamin
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33
responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan sebanyak
27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki - laki sebanyak 6 orang
(18,2%) Hasil uji statistik dengan Chi-Square
(Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju
Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan
cengkareng jakarta barat tahun 2012” menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara
fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
Sindroma siklus bulanan (premenstrual
syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2
Hal ini sejalan dengan
teori Klien dengan
riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang
tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes.
Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk
seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik
adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola
makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang
mengerikan ini.
Jenis kelamin
merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya
kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.
Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa
terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon
wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula
darah dalam tubuh.
3. Riwayat
Keluarga
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33
responden yang memiliki risiko tinggi
sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%). Hasil
uji statistik dengan Chi-Square
(Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p =
0,014 < 0,05 maka hal ini berarti ada
hubungan antara riwayat keluarga dengan
kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju
Hal
ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati
(2012)” Faktor risiko kejadian diabetes
mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” kejadian
penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR
4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM
keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian
besar hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki
keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang
tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka
risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk
mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini
dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika
saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90%
jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi
masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa
kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.
4. Perilaku
Merokok
Berdasarkan Tabel
diatas tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang
(75,8%), dan yang berisiko rendah
sebanyak 8 orang (24,2%). Hasil uji statistik
dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal ini
berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus
di RSUD Mamuju
Hal ini sejalan dengan skripsi yang
disusun oleh Anna Widiastuty Rahman
(2013) yang berjudul “Faktor risiko dan
deteksi dini kejadian diabetes Mellitus tipe B dikecamatan Tempe” yang
menunjukkan Merokok
merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan
terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil
uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Gabrielle,Cappri, et.al (2005)
menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,001) dengan OR 2,66.
Begitupula penelitian oleh Houston juga
mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk
terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).
Merokok secara langsung meningkatkan
resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak
pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas
sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat
( Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).
Asap rokok menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan
dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang
penyakit diabetes mellitus. merokok
menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan
bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang
yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang
tidak merokok.terpapar asap rokok dan tidak terpapar
asap rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok
aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar
adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti
perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki
risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak
terpajan (Irawan,2010).
C. Keterbatasan Penelitian
1. Instrument
/ Alat ukur
Meskipun penelitian ini telah selesai,
namun kuesioner yang digunakan belum maksimal, hal ini disebabkan karena jumlah
Aitem pertanyaan yang ada belum dilakukan uji Reliabilitas dan uji Validitas,
sehingga kesahihan instrument penelitian ini masih kurang
2. Keterbatasan
Waktu
Oleh karena keterbatasan waktu , maka penelitian
ini hanya melibatkan 33 responden. Jumlah responden yang banyak tentunya akan
memberikan generalisasi yang lebih baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014
dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ada
hubungan yang bermakna antara faktor umur dengan kejadian diabetes mellitus di
RSUD Mamuju
2.
Ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus
di RSUD Mamuju
3.
Ada
hubungan yang bermakna antara faktor riwayat keluarga dengan kejadian diabetes
mellitus di RSUD Mamuju
4.
Ada
hubungan yang bermakna antara faktor perilaku merokok dengan kejadian diabetes
mellitus di RSUD Mamuju
B.
Saran
1.
Diperlukan
penyuluhan dan konseling terhadap masyarakat untuk memiliki kebiasaan hidup
sehat sejak dini.
2.
Memberikan
pemahaman kepada masyarakat mengenai pencegahan diabetes melitus seperti dengan
menjaga pola makan utuk menghindari terjadinya diabetes mellitus.
3.
4.
Perlunya masyarakat
untuk melakukan pengontrolan pada perilaku merokok untuk
mencegah terjadinya diabetes mellitus.
5.
Perlunya dilakukan
screening terhadap masyarakat untuk mengetahui lebih awal
kejadian diabetes mellitus dan untuk mencegah komplikasi akibat dari diabetes
mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
Andra
Safera Wijaya dan Yessi Mariza P, 2013. Keperawatan
Medikal Bedah. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Corwin,
Elizabeth J, 2009, Buku Saku
Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Hidayat,
A. Aziz Alimul, 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Salemba medika, Jakarta.
Irawan, Dedi, 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 di Daerah Urban Indonesia. Tesis tidak diterbitkan.Jakarta. Universitas
Indonesia.
Jafar,
Nurhaedar, 2011. Sindroma Metabolik di
Indonesia. Ombak: Yogyakarta.
Luknis,
2008. Statisti kesehatan/ Luknis Sabri
& Sutanto Priyo Hastono. Rajawali Pers. Jakarta.
Nursalam,
2009, Konsep dan penerapan metodologi
keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan, Asdi Mahasatya, Jakarta.
Hidayat,
A.Aziz Alimul, 2007, Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan, Edisi Kedua, Salemba Mediaka, Jakarta.
Mansjoer
Arif, dkk, 2005. Kapita Selecta
Kedokteran, Media Aesculapius. FKUI. Jakarta
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan, Asdi Mahasatya, Jakarta.
Nursalam,
2009, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta.
Imam Suharto. 2005. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan
Lemak dan Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Price.
S.A. dkk, 2005. Patofisiologi, Edisi Kedua, EGC. Jakarta.
Kementerian
Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis
Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.
Departemen
Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar
2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2008.
Sugiyono,
2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Supriadi
Supri, 2013 Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan DM, (online), (http://nerskece.co diakses Mei 2014)
Rekam
Medik Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tahun 2014
Trisnawati, Shara K, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.5
No.1:1-11.
Terimakasih artikelnya, sangat bermanfaat. izin save untuk di jadikan referensi buat penyusunan tugas akhir.
BalasHapusSalam.
Trimakasih... Ini sangat membantu
BalasHapusThere are some natural remedies that can be used in the prevention and eliminate diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome life style Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying a good physical health and overall well-being. The inner peace and self contentment is a just a state of mind.People with diabetes diseases often use complementary and alternative medicine. I diagnosed diabetes in 2010. Was at work feeling unusually tired and sleepy. I borrowed a cyclometer from a co-worker and tested at 760. Went immediately to my doctor and he gave me prescriptions like: Insulin ,Sulfonamides,Thiazolidinediones but Could not get the cure rather to reduce the pain but bring back the pain again. i found a woman testimony name Comfort online how Dr Akhigbe cure her HIV and I also contacted the doctor and after I took his medication as instructed, I am now completely free from diabetes by doctor Akhigbe herbal medicine.So diabetes patients reading this testimony to contact his email drrealakhigbe@gmail.com or his Number +2348142454860 He also use his herbal herbs to diseases like:SPIDER BITE, SCHIZOPHRENIA, LUPUS,EXTERNAL INFECTION, COMMON COLD, JOINT PAIN, EPILEPSY,STROKE,TUBERCULOSIS ,STOMACH DISEASE. ECZEMA, PROGENITOR, EATING DISORDER, LOWER RESPIRATORY INFECTION, DIABETICS,HERPES,HIV/AIDS, ;ALS, CANCER , MENINGITIS,HEPATITIS A AND B,ASTHMA, HEART DISEASE, CHRONIC DISEASE. NAUSEA VOMITING OR DIARRHEA,KIDNEY DISEASE. HEARING LOSSDr Akhigbe is a good man and he heal anybody that comes to him. here is email drrealakhigbe@gmail.com and his Number +2349010754824
BalasHapus